Rabu, 14 November 2012

Cara memilih gigi rasio

Cara memilih gigi rasio 

 


Bikin motor ngibrit bisa ditempuh lewat cara menghitung perbandingan gigi rasio pada girboks mesin. Tinggal pilih sesuai kebutuhan motor. Buat road race, drag bike atau harian yang sudah mengadopsi mesin semi atau full korek.

Ketiganya punya karakter perbandingan rasio berbeda. Makanya, jangan sampai salah pilih! Akibatnya, motor bukan enak diajak lari malah jadi ngoyo atau bisa juga terlalu liar.

Hitungannya, makin dekat hasil perbandingan gigi, berarti rasio makin close alias rapat. Enggak sedikit mekanik, menyebutnya dengan istilah rasio ringan. Sebaliknya. Makin jauh hasil pembagian gigi, artinya makin berat.

ROAD RACE
Banyak mekanik bilang, kalau buat road race perbandingan gigi harus lebih ringan. “Itu karena di trek dadakan atau biasa disebut pasar senggol,” ujar Andy Susanto dari tim balap Suzuki Top 1 Puma Bali (STOPB).
Biasanya buka-tutup gas sering terjadi. Rpm mesin biasa dipaksa main di putaran bawah juga. Akhirnya, tenaga mesin butuh ditopang perbandingan rasio lebih enteng. “Supaya rpm cepat naik. Larinya juga tak ngedrop saat pindah persneling,” tambah pria yang dibantu Ucil Puma sebagai pembalap di tim STOPB.

Mengakalinya, kebanyakan mekanik hanya bermain di gigi rasio 2 dan 3. Artinya, gigi dua makin dekat dengan gigi satu dan gigi empat makin dekat dengan gigi 3. “Tapi jangan lupa. Sebelum pilih, lihat karakter sirkuit dulu. Kalau buat Sentul Besar, tentu perbandingannya beda,” ungkap Andy.

DRAG RACE

Justru kebalikan dari gigi rasio yang dipakai buat road race. Buat drag, butuh rasio lebih berat. “Itu karena butuh rpm mesin yang lebih tinggi,” bilang H. Syahroni, pemilik tim balap drag dan road race GMC.
Selain itu, kompresi mesin yang dianut juga lebih tinggi dari pacuan balap aspal. Baik itu buat drag lintasan 201 atau 402 meter. Rasio berat, putaran mesin pun jadi lebih lama bergasing.
“Pernah komparasi rasio ringan dan berat buat motor drag. Saat gigi satu, motor rasio ringan memang mengalahkan motor rasio berat. Tapi masuk gigi 2 dan seterusnya, motor rasio ringan tertinggal jauh dengan motor rasio berat,” ungkapnya.
 Nah, pakai rasio berat, nafas mesin lebih panjang. Tinggal akali komposisi final gear. Bisa pakai gir belakang lebih besar.

KOREK HARIAN

Bisa dibilang, ini paduan dari kedua karakter road race dan drag bike. Karena motor kohar (korek harian), ada juga yang biasa main di lintasan 800 meter lebih. Motor butuh nafas lebih panjang ketimbang di road race dan drag. “Biasanya gigi 2 dan 3 bermain di rasio standarnya,” kata H. Syahroni, lagi.

Soalnya jika tiap gigi makin close, maka nafas mesin jadi cepat habis. Padahal, karekter mesin butuh nafas panjang yang punya entakan kuat tiap perpindahan gigi. Apalagi jika motor itu memang dimainkan di lintasan 800 meter atau lebih! Pakai perbandingan gigi terlalu ringan, jadi kayak singkong diragiin. Tape deh! Eh salah, capek deh!

HITUNG MATA TERBANYAK
Enggak sedikit mekanik yang kurang paham gigi rasio. Maksudnya, itu gigi berapa dan di mana letaknya. “Iya tuh, banyak yang beli tapi balik lagi dan minta ditukar karena salah ukuran,” cerita Dodo dari Dodo Racing di Jl. Ciledug Raya, Tangerang.

Menurut Dodo lagi, mengetahuinya cukup mudah. Misal gir di gigi primer. Makin kecil jumlah mata gir, itu artinya gigi makin rendah. Misal, gigi 12 mata dan gigi 17 mata. Maka, jumlah mata 12, itu gigi terendah.

Begitu selanjutnya. Makin besar angka, itu artinya gigi makin besar atau tinggi. Tapi lain lagi hitungan di gigi sekunder. Komposisinya, makin kecil angka itu artinya gigi makin besar.