Jumat, 31 Agustus 2012

cara membaca kode pada ban motor

cara membaca kode pada ban motor

kawan" saya akan sedikit memberi tahu (bukan tempe). hhheeeeee........ tentang cara melihat kode ban sepeda motor.

Pada ban sepeda motor terdapat kode yang berupa angka atau huruf misalnya 4.60-H-18 4PR atau 130/90-16 67H. Informasi apa yang bisa kita dapat dari kode tersebut? Dibawah ini kita bahas sebagian diantaranya.Ada dua macam kode ban yang biasa digunakan yaitu kode Imperial dan Metric.Contoh kode Imperial4.60-H-18 4PR
* 4.60 menyatakan lebar ban ( dalam satuan inchi )* H menunjukkan batas kecepatan pemakaian* 18 menunjukkan diameter velg / rim ( dalam satuan inchi )* 4PR menunjukkan kekuatan ban yang didasarkan pada kekuatan serat kain ban/ ply rating

4PR berarti penggunaan lapisan kain dari bahan nilon didalam carcass berindikasi kekuatan setara dengan 4 lapisan kain ban.Untuk kode Imperial, aspect ratio (perbandingan tinggi ban terhadap lebar ban) didasarkan pada nilai 100 % (tinggi ban sama dengan lebar ban).Contoh kode Metric130/90-16 67H
* 130 menunjukkan lebar ban (dalam satuan mili meter)* 90 menunjukkan perbandingan tinggi ban terhadap lebarnya.90 berarti perbandingan tinggi ban 90 % dari lebarnya. Jika lebar 130 mm, maka tinggi ban 90 % x 130 mm = 117 mm. Aspect ratio yang kecil akan meningkatkan stabilitas dan handling kendaraan.* 16 menunjukkan diameter velg / rim (dalam satuan inchi)* 67 menunjukkan beban maximum yang diperbolehkan (load index / LI). LI 67 berarti beban maksimum yang dapat ditanggung sebesar 307 kg.* H menunjukkan batas kecepatan pemakaian (sama seperti pada contoh diatas)


Note:- Q untuk kecepatan maksimal 160 km/jam.- S untuk kecepatan maksimal 180 km/jam.- T untuk kecepatan maksimal 190 km/jam.- U untuk kecepatan maksimal 200 km.jam.- H untuk kecepatan maksimal 210 km/jam.- V untuk kecepatan maksimal 240 km/jam.- W untuk kecepatan maksimal 270 km/jam.- Y untuk kecepatan maksimal 300 km/jam.- Z untuk kecepatan di atas 240 km/jam.

Selain itu, ditunjukkan pula kode empat angka yang terdapat di sisi ban. Misalnya, 2201. Angka tersebut menyiratkan periode produksi ban. Dua angka pertama menunjukan minggu, dua angka terakhir berarti tahun pembuatan. Jadi kalau dibaca, kode di atas berarti, ban diproduksi pada minggu ke-22 tahun 2001. Kode angka ini penting, mengingat semakin lama ban tersimpan, semakin rentan terhadap kerusakan akibat kekerasan kompon ban.

Terkait dengan kemampuan ban ngegrip di aspal ketika direm. ?Kompon yang keras karena usia sudah lama mengakibatkan ban tidak mencengkram aspal saat direm,? jelas Panca.Karenanya,mekanik balap ngasih solusi mudah. Caranya, tekan kompon ban dengan menggunakan ujung kuku. ?Cukup bagus kalau ada cetakan ujung kuku tadi. Berarti karet masih belum keras,? bilang mekanik 31 Modified.
Jadi ketika kita akan membeli ban dengan merk yang berbeda perhatikan kodenya, dan periksa apakah sama spesifikasinya dengan ban yang sebelumnya kita gunakan.



                                                        TERIMAKASIH

cara membaca kode pada ban motor

cara membaca kode pada ban motor

kawan" saya akan sedikit memberi tahu (bukan tempe). hhheeeeee........ tentang cara melihat kode ban sepeda motor.

Pada ban sepeda motor terdapat kode yang berupa angka atau huruf misalnya 4.60-H-18 4PR atau 130/90-16 67H. Informasi apa yang bisa kita dapat dari kode tersebut? Dibawah ini kita bahas sebagian diantaranya.Ada dua macam kode ban yang biasa digunakan yaitu kode Imperial dan Metric.Contoh kode Imperial4.60-H-18 4PR
* 4.60 menyatakan lebar ban ( dalam satuan inchi )* H menunjukkan batas kecepatan pemakaian* 18 menunjukkan diameter velg / rim ( dalam satuan inchi )* 4PR menunjukkan kekuatan ban yang didasarkan pada kekuatan serat kain ban/ ply rating

4PR berarti penggunaan lapisan kain dari bahan nilon didalam carcass berindikasi kekuatan setara dengan 4 lapisan kain ban.Untuk kode Imperial, aspect ratio (perbandingan tinggi ban terhadap lebar ban) didasarkan pada nilai 100 % (tinggi ban sama dengan lebar ban).Contoh kode Metric130/90-16 67H
* 130 menunjukkan lebar ban (dalam satuan mili meter)* 90 menunjukkan perbandingan tinggi ban terhadap lebarnya.90 berarti perbandingan tinggi ban 90 % dari lebarnya. Jika lebar 130 mm, maka tinggi ban 90 % x 130 mm = 117 mm. Aspect ratio yang kecil akan meningkatkan stabilitas dan handling kendaraan.* 16 menunjukkan diameter velg / rim (dalam satuan inchi)* 67 menunjukkan beban maximum yang diperbolehkan (load index / LI). LI 67 berarti beban maksimum yang dapat ditanggung sebesar 307 kg.* H menunjukkan batas kecepatan pemakaian (sama seperti pada contoh diatas)


Note:- Q untuk kecepatan maksimal 160 km/jam.- S untuk kecepatan maksimal 180 km/jam.- T untuk kecepatan maksimal 190 km/jam.- U untuk kecepatan maksimal 200 km.jam.- H untuk kecepatan maksimal 210 km/jam.- V untuk kecepatan maksimal 240 km/jam.- W untuk kecepatan maksimal 270 km/jam.- Y untuk kecepatan maksimal 300 km/jam.- Z untuk kecepatan di atas 240 km/jam.

Selain itu, ditunjukkan pula kode empat angka yang terdapat di sisi ban. Misalnya, 2201. Angka tersebut menyiratkan periode produksi ban. Dua angka pertama menunjukan minggu, dua angka terakhir berarti tahun pembuatan. Jadi kalau dibaca, kode di atas berarti, ban diproduksi pada minggu ke-22 tahun 2001. Kode angka ini penting, mengingat semakin lama ban tersimpan, semakin rentan terhadap kerusakan akibat kekerasan kompon ban.

Terkait dengan kemampuan ban ngegrip di aspal ketika direm. ?Kompon yang keras karena usia sudah lama mengakibatkan ban tidak mencengkram aspal saat direm,? jelas Panca.Karenanya,mekanik balap ngasih solusi mudah. Caranya, tekan kompon ban dengan menggunakan ujung kuku. ?Cukup bagus kalau ada cetakan ujung kuku tadi. Berarti karet masih belum keras,? bilang mekanik 31 Modified.
Jadi ketika kita akan membeli ban dengan merk yang berbeda perhatikan kodenya, dan periksa apakah sama spesifikasinya dengan ban yang sebelumnya kita gunakan.



                                                        TERIMAKASIH

Kamis, 30 Agustus 2012

Cara Mengukur Menggunakan Jangka Sorong

Cara Mengukur Menggunakan Jangka Sorong

haey..... browww saya akan sedikit berbagi ilmu cara menghitung menggunakan jangka sorong, Ada yang tau cara menggunakannya? Weits, kalo belum tidak perlu khawatir. Pelajari dengan cermat penjelasan berikut ini! biasanya jangka sorong juga digunakan di bengkel" untuk menghitung noken as, diameter piston, dll.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pengukuran dengan menggunakan jangka sorong, yaitu:
  • Sebelum melakukan pengukuran bersihkan jangka sorong dan benda yang akan diukurnya.
  • Sebelum jangka sorong digunakan, pastikan skala nonius dapat bergeser dengan bebas.
  • Pastikan angka “0” pada kedua skala bertemu dengan tepat.
  • Sewaktu mengukur usahakan benda yang diukur sedekat mungkin dengan skala utama. Pengukuran dengan ujung gigi pengukur menghasilkan pengukuran yang kurang akurat.
  • Tempatkan jangka sorong tegak lurus dengan benda yang diukur.
  • Tekanan pengukuran jangan terlampau kuat, karena akan menyebabkan terjadinya pembengkokan pada rahang ukur maupun pada lidah pengukur kedalaman. Jika sudah pas, kencangkan baut pengunci agar rahang tidak bergeser, tetapi jangan terlalu kuat karena akan merusak ulir dari baut pengunci.
  • Dalam membaca skala nonius upayakan dilakukan setelah jangka sorong diangkat keluar dengan hati-hati dari benda ukur.
  • Untuk mencegah salah baca, miringkan skala nonius dampai hampir sejajar dengan bidang pandangan, sehingga akan memudahkan dalam melihat dan menentukan garis skala nonius yang segaris dengan skala utama.
  • Untuk mencegah karat, bersihkan jangka sorong dengan kain yang dibasahi oleh oli setelah dipakai.

Berikut adalah beberapa contoh penggunaan jangka sorong dalam pengukuran dimensi benda ukur.

Gambar 3.14 Pengukuran dengan jangka sorong bagian luar dan dalam




Gambar 3.15
Jangka sorong digunakan untuk mengukur kedalaman


Gambar-gambar berikut adalah gambar-gambar yang menunjukkan bagaimana cara mengukur benda ukur dengan menggunakan jangka sorong.


Gambar 3.16
Cara menggunakan jangka sorong dalam mengukur bagian luar benda ukur



Gambar 3.17
Posisi rahang jangka sorong terhadap benda ukur



Gambar 3.18
Cara pengukuran bagian dalam dengan menggunakan jangka sorong


Gambar 3.19
Cara pengukuran kedalaman dengan menggunakan jangka sorong


1. Cara pembacaan jangka sorong untuk satuan metris

a. cara pembacaan jangka sorong dengan nonius puluhan


Dari gambar di atas diperoleh hasil pengukuran sebesar 31,4 mm, yakni diperoleh dari:
31 + 4(0,1) = 31,4
(A) (B)


b. Cara pembacaan jangka sorong dengan nonius dua puluhan




c. Cara pembacaan jangka sorong dengan nonius lima puluhan



2. Cara pembacaan jangka sorong untuk satuan inchi
Dalam paparan ini hanya akan disajikan cara pembacaan jangka sorong untuk sauan inchi dengan tingkat ketelitian 1/128 inchi.



Dari gambar di atas diperoleh hasil pengukuran sebesar 4 1/32” yakni diperoleh dari:

4 + 6/8 + 2(1/128) = 4 + 22/128 + 2/128
4 + 24/128 = 4 1/32”

Nahh gitu caranya menggunakan jangka sorong, dah ngerti caranya kan.....! klo masih belum mengerti pelajari pelan" sampai bisa jangan mudah putus asa. OKK BBRROOWW......

                                                      TERIMA KASIH

Cara Mengukur Menggunakan Jangka Sorong

Cara Mengukur Menggunakan Jangka Sorong

haey..... browww saya akan sedikit berbagi ilmu cara menghitung menggunakan jangka sorong, Ada yang tau cara menggunakannya? Weits, kalo belum tidak perlu khawatir. Pelajari dengan cermat penjelasan berikut ini! biasanya jangka sorong juga digunakan di bengkel" untuk menghitung noken as, diameter piston, dll.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pengukuran dengan menggunakan jangka sorong, yaitu:
  • Sebelum melakukan pengukuran bersihkan jangka sorong dan benda yang akan diukurnya.
  • Sebelum jangka sorong digunakan, pastikan skala nonius dapat bergeser dengan bebas.
  • Pastikan angka “0” pada kedua skala bertemu dengan tepat.
  • Sewaktu mengukur usahakan benda yang diukur sedekat mungkin dengan skala utama. Pengukuran dengan ujung gigi pengukur menghasilkan pengukuran yang kurang akurat.
  • Tempatkan jangka sorong tegak lurus dengan benda yang diukur.
  • Tekanan pengukuran jangan terlampau kuat, karena akan menyebabkan terjadinya pembengkokan pada rahang ukur maupun pada lidah pengukur kedalaman. Jika sudah pas, kencangkan baut pengunci agar rahang tidak bergeser, tetapi jangan terlalu kuat karena akan merusak ulir dari baut pengunci.
  • Dalam membaca skala nonius upayakan dilakukan setelah jangka sorong diangkat keluar dengan hati-hati dari benda ukur.
  • Untuk mencegah salah baca, miringkan skala nonius dampai hampir sejajar dengan bidang pandangan, sehingga akan memudahkan dalam melihat dan menentukan garis skala nonius yang segaris dengan skala utama.
  • Untuk mencegah karat, bersihkan jangka sorong dengan kain yang dibasahi oleh oli setelah dipakai.

Berikut adalah beberapa contoh penggunaan jangka sorong dalam pengukuran dimensi benda ukur.

Gambar 3.14 Pengukuran dengan jangka sorong bagian luar dan dalam




Gambar 3.15
Jangka sorong digunakan untuk mengukur kedalaman


Gambar-gambar berikut adalah gambar-gambar yang menunjukkan bagaimana cara mengukur benda ukur dengan menggunakan jangka sorong.


Gambar 3.16
Cara menggunakan jangka sorong dalam mengukur bagian luar benda ukur



Gambar 3.17
Posisi rahang jangka sorong terhadap benda ukur



Gambar 3.18
Cara pengukuran bagian dalam dengan menggunakan jangka sorong


Gambar 3.19
Cara pengukuran kedalaman dengan menggunakan jangka sorong


1. Cara pembacaan jangka sorong untuk satuan metris

a. cara pembacaan jangka sorong dengan nonius puluhan


Dari gambar di atas diperoleh hasil pengukuran sebesar 31,4 mm, yakni diperoleh dari:
31 + 4(0,1) = 31,4
(A) (B)


b. Cara pembacaan jangka sorong dengan nonius dua puluhan




c. Cara pembacaan jangka sorong dengan nonius lima puluhan



2. Cara pembacaan jangka sorong untuk satuan inchi
Dalam paparan ini hanya akan disajikan cara pembacaan jangka sorong untuk sauan inchi dengan tingkat ketelitian 1/128 inchi.



Dari gambar di atas diperoleh hasil pengukuran sebesar 4 1/32” yakni diperoleh dari:

4 + 6/8 + 2(1/128) = 4 + 22/128 + 2/128
4 + 24/128 = 4 1/32”

Nahh gitu caranya menggunakan jangka sorong, dah ngerti caranya kan.....! klo masih belum mengerti pelajari pelan" sampai bisa jangan mudah putus asa. OKK BBRROOWW......

                                                      TERIMA KASIH

Rabu, 29 Agustus 2012

Mengenal Hubungan Kompresi dan Nilai Oktan


Mengenal Hubungan Kompresi dan Nilai Oktan 

Perbandingan kompresi mesin dirancang sesuai dengan aplikasi dan bahan bakar yang akan digunakan
Pertanyaan yang banyak muncul sekarang ini di antara pemakai kendaraan bermotor adalah apa akibatnya apabila menggunakan bensin premium atau beroktan lebih rendah. Pasalnya, harga bensin beroktan tinggi sekarang ini semakin cepat menguras kantong!
Sebelumnya menjawab pertanyaan tersebut, pemilik mobil dan sepeda motor ”harus” mengetahui salah satu spesifikasi mesin, yaitu perbandingan kompresi (compression ratio).



Perbandingan kompresi adalah perbandingan ruang yang tercipta di atas piston ketika berada di titik terendah atau bawah (TMB) dan tertinggi atau titik mati atas (TMA). Lihat gambar!



Tren mesin sekarang, perbandingan kompresinya makin tinggi. Malah kini ada mesin bensin dengan perbandingan kompresi 14: 7. Adapun mesin lama bisa saja 7–8 : 1. Sekarang ini kebanyakan perbandingannya 9–10,5 : 1. Mesin yang lebih canggih sekitar 11- 12. Tujuan mesin dibuat dengan perbandingan kompresi tinggi adalah untuk meningkatkan efisiensi (irit bahan bakar) dan menurunkan kadar emisi.
Untuk membuat mesin bekerja dengan perbandingan kompresi tinggi, syarat utamanya adalah harus menggunakan bensin dengan oktan lebih tinggi. Kendati demikian, tidak semua mesin harus atau lebih baik menggunakan bensin beroktan tinggi. Mesin dengan kompresi rendah, jika diberi bensin oktan tinggi, hanya menyebabkan pemborosan uang. Tenaga mesin juga tidak naik dan tetap saja boros.
Sebenarnya para ahli yang berkecimpung di laboratorium mesin sudah mengeluarkan data hubungan antara perbandingan kompresi dan oktan bahan bakar seperti berikut.
Perbandingan
Kompresi
 Kebutuhan
Nilai Oktan
Efisiensi Termal %
(Gas ditekan habis)
5 : 1
72
-
6 : 1
81
25
7 : 1
87
28
8 : 1
92
30
9 : 1
96
32
10 : 1
100
33
11 : 1
104
34
12 : 1
108
35
Ukuran tabel di atas adalah ukuran idealnya ....Kendati demikian, pada sebagian mesin sekarang, apalagi ada yang menggunakan dua busi atau busi menyala dua kali secara berurutan atau penambahan part racing yang mendukung pengapianpenggunaan bensin beroktan lebih rendah masih bisa ditoleransi bisa di gunakan pada compresi yang bukan pada tempatnya.

Tugas oktan

Oktan dicampurkan ke dalam bensin bertugas mencegah agar jangan cepat terbakar! Lho kok gitu? Bukankah bensin yang mudah terbakar lebih oke? Tidak demikian pada mesin. Pada mesin, waktu pembakaran (pengapian) telah ditentukan berdasarkan siklus atau langkah kerja mesin.
Pembakaran terjadi ketika piston mendekati titik mati atas (TMA) pada langkah kompresi. Tidak boleh terlalu jauh atau maju atau terlambat. Apabila kemajuan, kerja mesin tidak efisien dan tenaga kurang. Sebaliknya, jika terlambat, mengakibatkan mesin menembak atau bahasa kerennya knocking.
Nah, bensin yang disedot oleh mesin (disemprotkan oleh injektor) dikompresi atau dimampatkan pada langkah kompresi sekaligus dicampur dengan udara. Pada saat inilah terjadi kenaikan suhu dan tekanan bensin di dalam. Suhu tersebutlah bisa memicu bensin bisa terbakar dengan sendirinya, yang disebut juga autoignition. Ya, terbakar sendiri alis swabakar (istilah dalam pendidikan  formal) atau preignation!
Nah, bisa dibayangkan, kalau swabakar terjadi sebelum busi memercikkan bunga api. Akan terjadi dua ledakan besar. Pertama, swabakar bensin dan kedua akibat disulut oleh busi. Kalau keseringan, dipastikan akan merusak mahkota piston, kubah kepala silinder, klep, busi dan kalau mesin modern sekarang adalah injektor (injeksi langsung).

Apabila kedua ledakan beradu dan sering terjadi, umur mesin pendek. Mesin juga loyo, boros bensin, dan menimbulkan polusi tinggi.
Nah, untuk mencegah swabakar itu, ke dalam bensin ditambahkan oktan yang dibuat dari berbagai macam bahan (dulu timbal atau Pb). Makin tinggi nilai oktan, tambah hebat kemampuanya mencegah swabakar. Waktu pengapian yang lebih dekat ke TMA membuat pembakaran lebih efisien, ledakannya lebih kuat.
Kendati demikian, masih ada berbagai faktor lain yang menentukan pemilihan oktan ini. Misalnya, suhu,Part racing, putaran dan beban mesin, dan ketinggian tempat.
Pada mesin-mesin modern, terutama sistem injeksi, untuk mencegah swabakar atau menembak, dilengkapi dengan knock sensor yang bertugas memantau kerja mesin. Kalau terjadi gejala menembak, sensor akan melaporkan ke komputer, waktu pengapian dimajukan untuk mencegah gejala menembak atau swabakar!

semoga bermanfaat, mohon maaf bila ada kekurangan....................

TERIMA KASIH