Jumat, 30 November 2012

Rasio Rocker Arm, Berhubungan Dengan Lift

Rasio Rocker Arm, Berhubungan Dengan Lift

Kalau kita perhatikan rocker arm, ada bagian yang menyentuh kem dan ada pula yang menyentuh batang klep. Untuk selanjutnya, kita sebut bagian ini lengan. Lengan yang menyentuh klep dan lengan yang menyentuh kem beda di soal ukuran panjang. Bisa dipastikan, lengan yang menyentuh klep lebih panjang ukurannya.
Lengan yang panjang dibagi yang lengan pendek dikasih nama rasio. Makin besar rasionya, akan semakin besar juga pengaruhnya terhadap lift kem. Setiap merek atau tipe motor tertentu berbeda di soal rasio. Misalnya pelatuk Honda Blade rasionya 1,5. Ini akan lebih tinggi pengaruhnya terhadap lift dibanding pelatuk yang punya rasio 1,3.
Untuk bebek atau skubek Yamaha memang punya rasio yang lebih kecil, yaitu 1,3. Makanya kalau bikin kem agar punya lift tinggi, benjolannya harus lebih tinggi juga.

Kamis, 29 November 2012

Video Race & Drag Bike TULUNGAGUNG

Drag Bike di TULUNGAGUNG



        


                Race di TULUNGAGUNG (11 November 2012)



Senin, 26 November 2012

Rumus Menentukan Venturi Karburator

Rumus Menentukan Venturi Karburator

Bagaimana menentukan venturi karburator….? Sesuaikan dengan peak power di RPM mana yang sudah kamu desain sesuai lebar porting.

Rumusnya , v = 0.65 x akar ( kapasitas silinder dalam liter x puncak rpm )
atau,
v= K x √ (CxN)


Dengan:
v  = Venturi karbu
K = angka tetapan, yang cocok untuk harian adalah 0.65 (batas K adalah 0.6-0.9)
C = kapasitas silinder dalam liter
N = puncak RPM


CONTOHNYA

Ketika bajaj kita sudah bore up + stroke up hingga 240 cc, maka karburator yang cocok agar lari motor tetap nendang hingga 10,000 RPM adalah:
v = 0,65 x akar ( 0,24 x 10,000 )

v = 0,65 x akar ( 2400 )


v = 0,65 x 48,98
v = 31.84
v = 32 mm

Lho, gampang toh, tinggal ganti karburator berdiameter 32 mm..? Beli yang langsung 32mm, mahal! Agar lebih murah namun tetap kencang, beli karburator pe28mm, lalu di REAMER HABIS!!!Bisa jadi 32 mm.

Porting Dalam Memodifikasi Blok 2 Tak

Porting Dalam Memodifikasi Blok 2 Tak


Ada beberapa teknik tune up mesin 2 tak, yang paling lazim adalah memporting ulang design port.
Memporting ulang itu juga banyak halnya diantaranya adalah:
1 Merubah tinggi port
2 Mengarahkan kembali jendela port
3 Menghaluskan saluran2 port
4 Memperbesar ukuran port
Tentunya point2 tersebut diatas harus dilakukan dengan perhitungan yang tepat agar hasilnya maksimal.

Kali ini kita hanya akan membahas mengenai merubah tinggi port

Merubah tinggi port berarti durasi buka & tutup port pun akan berubah. Menentukan angka dari tinggi port ini tentunya harus menggunakan hitungan2 tertentu.
Jika seorang mekanik pernah melakukan perubahan tinggi port pada sebuah silinder blok dan ternyata hasilnya baik ini bisa menjadi acuan untuk mekanik lainnya jika ingin melakukan rubahan pada blok lainnya walaupun memiliki spek yang berbeda.
Caranya adalah mengkonversi ukuran dari mm menjadi derajat putar kruk as.

Contoh :
HRC Thailand menentukan tinggi porting terbaik pada silinder blok NSR SP adalah sbg berikut :
1 Lb Bilas : 42mm
2 Lb Transfer primer & sekunder : 42mm
3 Lb Buang : 26mm
(Catatan :Deck Height NSR adalah 0 mm yang berarti Bibir piston NSR saat berada di TMA adalah sebidang dengan bibir silinder blok atau 0 mm)

Maka jika kita ingin merubah port silinder blok Yamaha RX King harus menggunakan angka berapa di tiap2 portnya jika ingin mengacu pada hitungannya HRC??




Tentunya salah jika kita langsung menggunakan angka2 diatas untuk diaplikasi di blok RX King.
Kita harus mengkonversi dahulu dengan satuan derajat, setelah didapat maka dikonversi kembali ke satuan mm dengan ditambah (Deck Height)

Lalu bagaimana mengkonversi dari mm ke derajat?
Yang pertama kita harus ketahui dulu data2 sebagai berikut :
1 Stroke NSR & stroke RX King
2 Panjang Stang piston NSR & RX King

Jika data2 tersebut sudah diketahui maka kita bisa menggambar diatas kertas sesuai data2 tersebut atau jika ingin lebih akurat bisa dengan menggunakan software Auto Cad.
Misal menentuakn derajat buka lubang buang pada blok yang ingin ditiru (Blok NSR):
1 Buat lingkaran dengan diameter seukuran stroke NSR dan gambarkan titik pusatnya dalam koordinat axis X & Y. pada titik paling atas lingkaran beri tanda 0 derajat kruk as (ini melambangkan derajat putar kruk as)
2 Gambar garis vertikal berukuran panjang stroke + panjang stang seher dengan posisi garis melalui titik pusat lingkaran dan ujung paling bawah garis bertemu dengan ujung paling bawah lingkaran. (Ini melambangkan titik pusat dari rangkaian silinder+piston+kruk as)
3 Buat titik 0mm pada ujung atas garis tersebut (anggaplah titik 0 tersebut adalah posisi piston saat TMA)
4 Buat lagi titik (Tandai dengan huruf B)pada garis vertikal tadi seukuran tinggi lb buang (pada contoh diatas adalah 26mm) Berarti jarak dari titik 0 ke titik B adalah 26mm.
5 Gunakan jangka buat agar jarak bukaan jangka seukuran dengan panjang stang seher NSR (ini melambangkan panjang stang seher)
6 Jarum jangka di posisikan di titik B dan mata pinsil jangka di coretkan ke lingkaran yang mampu dijangkau dengan jangka (ini melambangkan posisi stang seher pada rangkaian)
7 Ukur berapa derajat dari posisi 0 derajat kruk as terhadap titik pada point 6 tadi dengan bususr derajat.
8 Angka derajat buka lubang buang telah didapat.

Lakukan langkah2 diatas untuk menghitung derajat buka lubang bilas dan transfer.
Setelah semua didapati sekarang tinggal menghitung berapa mm tinggi lubang2 tersebut pada blok rubahan (Blok RX King).

Langkah2nya adalah :
1 Buat lingkaran dengan diameter seukuran stroke RX King dan gambarkan titik pusatnya dalam koordinat axis X & Y. pada titik paling atas lingkaran beri tanda 0 derajat kruk as (ini melambangkan derajat putar kruk as)
2 Gambar garis vertikal berukuran panjang stroke + panjang stang seher dengan posisi garis melalui titik pusat lingkaran dan ujung paling bawah garis bertemu dengan ujung paling bawah lingkaran. (Ini melambangkan titik pusat dari rangkaian silinder+piston+kruk as)
3 Buat titik 0mm pada ujung atas garis tersebut (anggaplah titik 0 tersebut adalah posisi piston saat TMA)
4 Ukur dengan busur derajat angka yang didapati dari point no 8 diatas dan tandai pada lingkaran dan beri tanda B.
5 Gunakan jangka buat agar jarak bukaan jangka seukuran dengan panjang stang seher Rx King (ini melambangkan panjang stang seher)
6 Jarum jangka di posisikan di titik B dan mata pinsil jangka di coretkan ke garis vertikal diatas lingkaran yang mampu dijangkau dengan jangka (ini melambangkan posisi stang seher pada rangkaian)
7 Ukur jarak dari titik 0mm terhadap titik yang baru didapat dari point no 6.
8 Jarak tinggi lubang buang RX King telah didapat.

Lakukan langkah2 diatas untuk menghitung jarak lubang bilas dan transfer.
Setelah semua angka didapat kita harus mengetahui Deck height RX king tersebut, setalah didapat maka ukuran2 jarak port yang sudah didapat masing2 ditambah Deck height nya.

Sementara jika ingin melebarkan lubang buang maximal adalah 70% dari diameter piston
kecuali jika design lubang buangnya memiliki tiang penyangga seperti NSR SP maka bisa dibuat lebih lebar lagi.
Contoh : Diameter piston NSR adalah 59mm maka lebar lb buang maximal adalah 59x 70% = 41.3mm dibulatkan menjadi 42 mm, jika lebih dari 42mm maka khawatir ring piston bagian lb buang akan cenderung menekan berlebihan ke dinding silinder, shg silinder akan mudah aus.

Porting Dalam Memodifikasi Blok 2 Tak

Porting Dalam Memodifikasi Blok 2 Tak


Ada beberapa teknik tune up mesin 2 tak, yang paling lazim adalah memporting ulang design port.
Memporting ulang itu juga banyak halnya diantaranya adalah:
1 Merubah tinggi port
2 Mengarahkan kembali jendela port
3 Menghaluskan saluran2 port
4 Memperbesar ukuran port
Tentunya point2 tersebut diatas harus dilakukan dengan perhitungan yang tepat agar hasilnya maksimal.

Kali ini kita hanya akan membahas mengenai merubah tinggi port

Merubah tinggi port berarti durasi buka & tutup port pun akan berubah. Menentukan angka dari tinggi port ini tentunya harus menggunakan hitungan2 tertentu.
Jika seorang mekanik pernah melakukan perubahan tinggi port pada sebuah silinder blok dan ternyata hasilnya baik ini bisa menjadi acuan untuk mekanik lainnya jika ingin melakukan rubahan pada blok lainnya walaupun memiliki spek yang berbeda.
Caranya adalah mengkonversi ukuran dari mm menjadi derajat putar kruk as.

Contoh :
HRC Thailand menentukan tinggi porting terbaik pada silinder blok NSR SP adalah sbg berikut :
1 Lb Bilas : 42mm
2 Lb Transfer primer & sekunder : 42mm
3 Lb Buang : 26mm
(Catatan :Deck Height NSR adalah 0 mm yang berarti Bibir piston NSR saat berada di TMA adalah sebidang dengan bibir silinder blok atau 0 mm)

Maka jika kita ingin merubah port silinder blok Yamaha RX King harus menggunakan angka berapa di tiap2 portnya jika ingin mengacu pada hitungannya HRC??




Tentunya salah jika kita langsung menggunakan angka2 diatas untuk diaplikasi di blok RX King.
Kita harus mengkonversi dahulu dengan satuan derajat, setelah didapat maka dikonversi kembali ke satuan mm dengan ditambah (Deck Height)

Lalu bagaimana mengkonversi dari mm ke derajat?
Yang pertama kita harus ketahui dulu data2 sebagai berikut :
1 Stroke NSR & stroke RX King
2 Panjang Stang piston NSR & RX King

Jika data2 tersebut sudah diketahui maka kita bisa menggambar diatas kertas sesuai data2 tersebut atau jika ingin lebih akurat bisa dengan menggunakan software Auto Cad.
Misal menentuakn derajat buka lubang buang pada blok yang ingin ditiru (Blok NSR):
1 Buat lingkaran dengan diameter seukuran stroke NSR dan gambarkan titik pusatnya dalam koordinat axis X & Y. pada titik paling atas lingkaran beri tanda 0 derajat kruk as (ini melambangkan derajat putar kruk as)
2 Gambar garis vertikal berukuran panjang stroke + panjang stang seher dengan posisi garis melalui titik pusat lingkaran dan ujung paling bawah garis bertemu dengan ujung paling bawah lingkaran. (Ini melambangkan titik pusat dari rangkaian silinder+piston+kruk as)
3 Buat titik 0mm pada ujung atas garis tersebut (anggaplah titik 0 tersebut adalah posisi piston saat TMA)
4 Buat lagi titik (Tandai dengan huruf B)pada garis vertikal tadi seukuran tinggi lb buang (pada contoh diatas adalah 26mm) Berarti jarak dari titik 0 ke titik B adalah 26mm.
5 Gunakan jangka buat agar jarak bukaan jangka seukuran dengan panjang stang seher NSR (ini melambangkan panjang stang seher)
6 Jarum jangka di posisikan di titik B dan mata pinsil jangka di coretkan ke lingkaran yang mampu dijangkau dengan jangka (ini melambangkan posisi stang seher pada rangkaian)
7 Ukur berapa derajat dari posisi 0 derajat kruk as terhadap titik pada point 6 tadi dengan bususr derajat.
8 Angka derajat buka lubang buang telah didapat.

Lakukan langkah2 diatas untuk menghitung derajat buka lubang bilas dan transfer.
Setelah semua didapati sekarang tinggal menghitung berapa mm tinggi lubang2 tersebut pada blok rubahan (Blok RX King).

Langkah2nya adalah :
1 Buat lingkaran dengan diameter seukuran stroke RX King dan gambarkan titik pusatnya dalam koordinat axis X & Y. pada titik paling atas lingkaran beri tanda 0 derajat kruk as (ini melambangkan derajat putar kruk as)
2 Gambar garis vertikal berukuran panjang stroke + panjang stang seher dengan posisi garis melalui titik pusat lingkaran dan ujung paling bawah garis bertemu dengan ujung paling bawah lingkaran. (Ini melambangkan titik pusat dari rangkaian silinder+piston+kruk as)
3 Buat titik 0mm pada ujung atas garis tersebut (anggaplah titik 0 tersebut adalah posisi piston saat TMA)
4 Ukur dengan busur derajat angka yang didapati dari point no 8 diatas dan tandai pada lingkaran dan beri tanda B.
5 Gunakan jangka buat agar jarak bukaan jangka seukuran dengan panjang stang seher Rx King (ini melambangkan panjang stang seher)
6 Jarum jangka di posisikan di titik B dan mata pinsil jangka di coretkan ke garis vertikal diatas lingkaran yang mampu dijangkau dengan jangka (ini melambangkan posisi stang seher pada rangkaian)
7 Ukur jarak dari titik 0mm terhadap titik yang baru didapat dari point no 6.
8 Jarak tinggi lubang buang RX King telah didapat.

Lakukan langkah2 diatas untuk menghitung jarak lubang bilas dan transfer.
Setelah semua angka didapat kita harus mengetahui Deck height RX king tersebut, setalah didapat maka ukuran2 jarak port yang sudah didapat masing2 ditambah Deck height nya.

Sementara jika ingin melebarkan lubang buang maximal adalah 70% dari diameter piston
kecuali jika design lubang buangnya memiliki tiang penyangga seperti NSR SP maka bisa dibuat lebih lebar lagi.
Contoh : Diameter piston NSR adalah 59mm maka lebar lb buang maximal adalah 59x 70% = 41.3mm dibulatkan menjadi 42 mm, jika lebih dari 42mm maka khawatir ring piston bagian lb buang akan cenderung menekan berlebihan ke dinding silinder, shg silinder akan mudah aus.

Mengganti Tutup Klep Standar ke Model Pernafasan

Mengganti Tutup Klep Standar ke Model Pernafasan

Ingin mesin kalian lebih dingin? Logikanya cairan pelumas (oli terutama) akan menyerap panas dan membuangnya ke dinding mesin. Jika cairan pelumas tersebut didinginkan, otomatis mesin menjadi dingin. Cara termudah adalah membuat lubang pernafasan oli tambahan. Lubang ini dapat di taruh di tutup klep bagian atas. Langsung simak aja yuk? hehe
Bahan-bahannya:
1. Pentil ban bekas
Pentil ban ini bisa diminta di tukang tambal ban gratis asal dikasih..atau beli ban bekas saja. 
2. Tutup klep yang masin bagus (baru juga boleh)
Harga tutup klep baru ini hanya 12rb
 3. Selang gas LPG atau selang lain yang tahan panas

Langkah-langkah membuatnya mudah kok:
1. Gunting pentil ban bekas dan buang keseluruhan karet yang menempel. Pentil dalam dibuang.
2. Bor tutup klep se ukuran dengan pentil ban yang digunakan.
3. Pasang dengan rapat dan beri lem G sedikit (alteco bisa)
4. Pasang kembali ke blok kop mesin dan beri selang.

Namun cara ini maupun dengan membeli tutup klep variasi akan tetap menabrak karburator. Biasanya moncong karburator harus dibelokkan. Uang akan keluar untuk membeli manifold variasi.
Hasil akhir
Tutup klep pagoda
Tutup klep SPS

Daftar Volume Silinder Standar & Rasio Kompresi

Daftar Volume Silinder Standar & Rasio Kompresi

Berikut data volume silinder dan perbandingan kompresi yang membantu kita agar dapat memperkirakan volume ruang bakar. Jika ada data yang lebih lengkap bisa menambahi sehingga lebih bermanfaat untuk semua saudara-saudara kita sesama pecinta korek mesin
  || Nama Motor                 ||  Bore x Stroke          || Volume Silinder (cc)        || Rasio Kompresi
1. Kawasaki Blitz R        :      53 mm x 50.6mm                       111                                9.3 : 1
2. Kawasaki Athlete       :      56 mm x 50.6mm                       124.6                             9.8 : 1
3. Kawasaki Ninja 250  :        2x(62 mm x 41.2)mm               124                              11.5 : 1
4. Kawasaki KLX 250   :      72 mm x 61,2mm                        249                                11 : 1
5. Yamaha Crypton         :         49 mm x 54mm                      101.8                              9.0 : 1
6. Yamaha Mio               :         50.0 x 57.9 mm                      113.7                              8.8 : 1
7. Yamaha Jupiter z         :         51.0 x 54.0 mm                      110.3                              9.3 : 1
8. Yamaha Jupiter MX    :          54 x 58,7 mm                         135                              10.9 : 1
9. Yamaha Vixion           :          57 x 58,7 mm                        149.8                             10.4 : 1
10.Yamaha Scorpio Z    :            70 x 58 mm                            223                                9.5 : 1
11. Yamaha RX King     :           58 x 50 mm                            132                                 7.1 : 1
12. Yamaha RXZ           :           56 x 54 mm                            133                                 7.0 : 1
13. Yamaha F1Z            :           52 x 52mm                            110.4                               7.1 : 1
14. Yamaha Alfa            :           50 x 52mm                            102.1                               7.2 : 1
15. Honda GL 100        :          52 x 49.5mm                          105.1                               9.2 : 1
16. Honda GL Max       :        56.5 x 49.5mm                         124.1                               9.2 : 1
17. Honda GL Pro        :        61.0 x 49.5mm                         144.7                                9.2 : 1
18. Honda Supra           :       50.0 x 49.5mm                           97.1                                 8.8 : 1
19. Honda Tiger            :       63.5 x 62.2 mm                         196.9                                9.0 : 1
20. Honda Megapro      :       63,5 x 49,5 mm                         156.7                                9.0 : 1
21. Honda CS-1            :       58 x 47,2 mm                           124.7                               10.7 : 1
22. Honda SupraX-125  :      52,4 x 57,9 mm                        124.8                                 9.0 : 1
23. Honda Blade            :       50 x 55,6 mm                          109.1                                 9.0 : 1

Pengaruh Perbandingan Final Gear

Pengaruh Perbandingan Final Gear



Berbicara mendongkrak akselerasi motor, banyak cara yang bisa ditempuh. Mulai dari oprek mesin, kelistrikan sampai mekanik. Salah satunya adalah penggantian rasio gir atau saya lebih prefer menyebutnya final gear (depan dan belakang). Meskipun cara ini tergolong murah karena hanya menebus beberapa puluh ribu saja namun efektif juga lho.
Perlu diingat, perbandingan final gear dirancang sedemikian rupa oleh pabrikan dengan berbagai riset yang membutuhkan waktu lama. Hal ini dimungkinkan bahwa motor yang notabenenya sebagai sarana publik mampu melibas segala macam kondisi jalan baik itu jalan mendatar ataupun yang berkarakter tanjakan.

Namun, yang namanya manusia dalam hal ini biker sering kali memodifikasi motor tanpa perhitungan. Misal, pengaplkikasian Ban Besar. Maksudnya sih, ingin tampilan motor kesayangan bak motor-motor motogp. Tapi sayang, sering kali hal tersebut tak dihiraukan biker. Padahal, pengaplikasian ban gambot, akan memaksa mesin motor bekerja lebih berat dari biasanya. Hal ini yang menyebabkan usia pakai mesin motor akan menjadi pendek.
Bila memang demikian, bro/sis biker yang suka ganti ban gambot patut memperhitungkan mengganti final gir motor kesayangan. Untuk apa? Tentunya untuk meringankan kinerja mesin. Bisa dengan menaikkan mata gir belakang 1-2 mata dari gir standar. Misal yamaha vixion, dari pabrikan motor ini dibekali perbandingan final gear 14/42. Untuk menghitungkan mudah, Angka mata gir belakang dibagi angka mata gir depan, hasilnya 42 : 14 = 3,0. Jika mengaplikasikan ban gambot ukuran 130/70-17 tentunya akan memperberat kinerja mesin, oleh karena itu bisa mengubah perbandingan final gear menjadi 14/44, dengan perhitungan 44 : 14 = 3,14. Meskipun hanya naik sebesar 0,14 namun dalam kenyataannya akan terasa signifikan.
Tapi, ada tapinya nih bro/sis. Mengubah nilai final gear dari standarnya akan berefek pada top speed dan akselerasi. Semakin besar nilai yang dihasilkan dari perbandingan final gir akan berdampak pada peningkatan akselerasi (tarikan motor menjadi ringan)tapi mengorbankan top speed. Sebaliknya, semakin kecil hasil perbandingan final gear maka semakin meningkatkan top speed namun akan menurunkan akselerasi motor. Khusus untuk poin peningkatan top speed, tak akan dirasakan secara signifikan karena keterbatasan power motor dalam kondisi standar. Perlu tambahan lain seperti CDI unlimiter untuk mendongkrak top speed tersebut. (fnc)
Berikut Daftar Perbandingan FINAL GEAR (SPROCKET)
Dibuat berdasarkan urutan top speed paling tinggi sampai top speed paling rendah
atau akselerasi paling rendah sampai akselerasi paling tinggi. Monggo disimak :
15/33 = 2.2
15/34 = 2.266


15/35 = 2.333 => Vega R,Supra X125
14/33 = 2.357


15/36 = 2.4 => Jupiter Z
14/34 = 2.428
15/37 = 2.466
  => RX-King, Vega R

14/35 = 2.5
15/38 = 2.533
13/33 = 2.538
14/36 = 2.571

15/39 = 2.6  => Jupiter MX 135
13/34 = 2.615
14/37 = 2.642
15/40 = 2.666
13/35 = 2.692


14/38 = 2.714 => New Jupiter MX 135
15/41 = 2.733 
=> New Vega ZR
12/33 = 2.75
13/36 = 2.769
14/39 = 2.785 
=> F1-ZR

15/42 = 2.8
12/34 = 2.833
13/37 = 2.846
14/40 = 2.857 
=> Byson
15/43 = 2.866


12/35 = 2.916
13/38 = 2.923
14/41 = 2.928
15/44 = 2.933 
=> CBR 150

12/36 = 3
13/39 = 3
14/42 = 3 
=> Vixion / CS1
15/45 = 3 
=> GL Pro Neo Tech

14/43 = 3.071  => Satria FU
13/40 = 3.076
12/37 = 3.083


14/44 = 3.142
13/41 = 3.153
12/38 = 3.166

14/45 = 3.214
13/42 = 3.230
12/39 = 3.25

13/43 = 3.307
12/40 = 3.333
13/44 = 3.384

12/41 = 3.416
13/45 = 3.461

12/42 = 3.5
12/43 = 3.583

12/44 = 3.666

12/45 = 3.75

Selasa, 20 November 2012

Efek Ke Renggangan Klep

Efek Ke Renggangan Klep

Setelan Klep Terlalu Rapat dari Standar (in 0,03 out 0,08)
1. Asupan bahan bakar yang masuk ke ruang bakar menjadi lebih banyak, karena klep rapat sehingga pelatuk yang mendorong klep menjadi lebih jauh dan klep terbuka lebih besar sehingga bensin yang terhisap menjadi lebih banyak. efeknya ya jadi sedikit lebih boros 
2. Ketika motor dinyalakan dalam kondisi dingin, langsam sulit di dapat, jika ketika panas saya setel di 1500 rpm, maka ketika dinyalakan dingin, motor sulit hidup karena langsam berada dibawah 1000 rpm. ketika saya setel rapat langsam ketika panas saya setel sekitar 1800 rpm jadi ketika dingin ada di 1000 rpm.


3. Autochoke mudah aktif. mungkin ini dikarenakan motor menjadi cepat dingin karena banyaknya bensin yang masuk sehingga pembakaran kaya dan tidak kering.


4. Akselerasinya berkurang. putaran bawah terasa berat, ini ane rasain apalagi pas lagi bareng istri, kok rasanya ini motor berat banget tarikannya ya.

5. Suara putaran mesin lebih halus, mungkin karena bensin yang dihisap lebih banyak, jadi ruang bakar tidak terlalu kering
 
Setelan Klep Terlalu Renggang dari Standar (in 0,10 out 0,20)
1. Dikarenakan jarak pelatuk dengan klep menjadi lebih renggang, maka dorongan pelatuk ke klep menjadi lebih sedikit/kecil sehingga bukaan klep lebih kecil. So, asupan bensin menjadi sedikit yang dihisap ke ruang bakar, tentunya akan menjadi lebih irit toh

2. Mudah langsam. Mungkin ini dikarenakan ruang bakar tidak “dibanjiri” oleh bensin sehingga lebih kering dan motor lebih mudah langsam karena lebih mudah panas dibanding kaya bensin

3. Autochoke jarang hidup, bahkan ketika saya stel terlalu renggang tidak pernah hidup sama sekali. Ini bisa jadi dikarenakan mesin lebih mudah panas karena keringnya ruang bakar.

4. Suara mesin lebih kasar, mungkin karena hisapan bensin yang sedikit jadi ruang bakar menjadi lebih kering sehingga suara mesin terdengar kasar.

5. Akselerasi lebih cepat, putaran bawah enak dan gampang naiknya.

6. Overheat. Motor menjadi lebih cepat panas dan bisa menyebabkan overheat ketika digunakan lama dan terjebak macet. efek dari overhear yang saya rasakan ketika ke depok mengantar Ibu adalah rpm langsung drop sampai 1000 rpm dari yang awalnya 1500 rpm saat langsam.

Sistem Lampu Sein

Sistem Lampu Sein

Fungsi lampu tanda belok adalah untuk memberikan isyarat pada kendaraan yang ada di depan, belakang ataupun di sisinya bahwa sepeda motor tersebut akan berbelok ke kiri atau kanan atau pindah jalur. Sistem tanda belok terdiri dari komponen utama, yaitu dua pasang lampu, sebuah flasher/turn signal relay, dan three-way switch (saklar lampu tanda belok tiga arah). 
Flasher tanda belok merupakan suatu alat yang menyebabkan lampu tanda belok mengedip secara interval/jarak waktu tertentu yaitu antara antara 60 dan 120 kali setiap menitnya. Terdapat beberapa tipe flasher, diantaranya; 1) flasher dengan kapasitor, 2) flasher dengan bimetal, dan 3) flasher dengan transistor.
a. Sistem Tanda Belok dengan Flasher Tipe Kapasitor 
Contoh rangkaian sistem tanda belok dengan flasher tipe kapasitor seperti terlihat di bawah ini:
Cara kerja sistem tanda belok dengan flasher tipe kapasitor
Pada saat kunci kontak dihubungkan, namun saklar lampu sein masih dalam posisi ‘off”, arus mengalir ke L2 melalui plat kontak P kemudian mengisi kapasitor. Setelah saklar lampu sein diarahkan ke salah satu lampu, arus kemudian juga mengalir ke L1 terus ke lampu tanda belok sehingga lampu menyala. Saat ini L1 menjadi magnet lihat gambar dibawah :
Sesaat setelah kumparan L1 menjadi magnet, plat kontak (contact point) P terbuka, sehingga arus yang mengalir ke lampu kecil karena melewati tahanan R. Plat kontak tetap dalam kondisi terbuka selama kumparan L2 masih menjadi magnet yang diberikan oleh kapasitor sampai muatan dalam kapasitor habis lihat gambar dibawah ini :
Setelah muatan kapasitor habis, kemagnetan pada kumparan hilang dan plat kontak akan menutup kembali. Arus yang besar mengalir kembali ke lampu sehingga lampu akan menyala dan juga terjadi pengisian ke dalam kapasitor. Begitu seterusnya proses ini berulang sehingga lampu tanda belok berkedip.
b. Sistem Tanda Belok dengan Flasher Tipe Bimetal
Sistem tanda belok tipe ini yaitu dengan mengandalkan kerja dari dua keping/bilah (strip) bimetal untuk mengontrol kedipannya. Bimetal terdiri dari dua logam yang berbeda (biasanya kuningan dan baja) yang digabung menjadi satu. Jika ada panas dari aliran listrik yang masuk ke bimetal, maka akan terjadi pengembangan/pemuaian dari logam yang berbeda tersebut dengan kecepatan yang berbeda pula. Hal ini akan menyebabkan bimetal cenderung menjadi bengkok ke salah satu sisi. Dalam flasher tipe bimetal terdapat dua keping bimetal yang dipasang berdekatan dan masing-masing mempunyai plat kontak pada salah satu ujungnya.
Cara kerja sistem tanda belok dengan flasher tipe bimetal Pada saat saklar lampu sein digerakan (ke kiri atau kanan), arus mengalir ke voltage coil (kumparan) yang akan membuat kumparan tersebut memanas dan bengkok. Setelah kebengkokannya sampai menghubungkan kedua plat kontak di bagian ujungnya, arus kemudian mengalir ke current coil (kumparan arus) terus ke lampu sein/tanda belok dan akhirnya ke massa (gambar dibawah ). Saat ini lampu sein menyala dan current coil akan mulai bengkok menjauhi voltage coil.
Setelah kebengkokan current coil membuat plat kontak terpisah/terbuka, maka lampu sein mati. Selanjutnya current coil akan menjadi dingin setelah arus yang mengalir hilang dan akhirnya bimatalnya akan lurus kembali posisinya sehingga plat kontak menempel kembali dengan plat kontak yang dari voltage coil. Arus akan mengalir kembali untuk menghidupkan lampu sein. Begitu seterusnya proses ini berulang sehingga lampu tanda belok berkedip.
c. Sistem Tanda Belok dengan Flasher TipeTransistor
Sistem tanda belok dengan flasher menggunakan transistor merupakan tipe flasher yang pengontrolan kontaknya tidak secara mekanik lagi, tapi sudah secara elektronik. Sistem ini menggunakan multivibrator oscillator untuk menghasilkan pulsa (denyutan) ON-OFF yang kemudian akan diarahkan ke flasher (turn signal relay) melawati amplifier (penguat listrik). Selanjutnya flasher akan menghidup-matikan lampu tanda belok agar lampu tersebut berkedip.

Kopling Manual Smash

Kopling Manual Smash

Pasang kopling manual di Suzuki Smash atau Shogun 125, kopling sentrifugal perlu direhab. Caranya dimodifikasi dengan mematikan fungsinya. Sehingga putaran kruk-as yang menggerakan susunan gigi rasio lewat bantuan kopling manual lebih cepat tersalurkan alias responsif. 
Namun untuk mematikan fungsi kopling sentrifugal kebanyakan mekanik mengakali lewat cara mengelas sepatu kampas sama rumah kopling sentrifugal. Atau membuat bos baru dari pipa sok digabung gir depan sebagai spacer gir primer (gbr. 1). Tapi, begitu mau balik ke standar, biasanya bikin cacat. 
Nah, kalau enggak mau merusak mending manfaatkan bos jedek bikinan Jimmy Hamdani (gbr. 2). Selain bebannya lebih ringan tidak mengurangi torsi kruk-as, lubang bos jedek mirip as bandul dan produk bermaterial vero carbon (VCn) ini didukung dudukan pegangan kunci ring 22. Saat memasang atau ingin mengencangkan mur pengikat bos jedek pakai kunci 19, tidak perlu ganjal gir primer-sekunder pakai obeng min berlapis kain tebal alias aman. 
Kalau memang berminat, komponen yang dibandrol seharga Rp 125 ribu ini juga mudah dipasang. Sedang satu set peranti asli kopling sentrifugal bisa simpan di tempat aman tanpa harus dibuat cacat. Tapi, bak kopling lebih dulu dibuka. Caranya, melepas 8 buat dan kick-starter-nya. 
Setelah bak kopling terbuka, lanjut mur sepatu kampas kopling sentrifugal dikendurkan pakai kunci ring 19. Kemudian seperangkat kopling otomatis ini dikeluarkan untuk diganti bos jedek. Tentunya setelah tuas pengungkit di setang dan di rumah kopling juga sudah diterapkan kopling sistem manual. 
Baru deh bos jedek ditancapkan ke poros kruk-as, lewat lubang bos yang bentuknya juga dirancang seperti poros kruk-as (gbr. 3). Lalu biar tidak copot akibat putaran tinggi, mur 19 dipasang dan sebagai mur kontranya bisa manfaatkan mur 22 bos jedek.

Hati-Hati CDI Shogun Kebo

Hati-Hati CDI Shogun Kebo 

 

Sampai sekarang, banyak yang masih latah menggunakan CDI Suzuki Shogun 110. Katanya bebas limiter dan paling simpel. Padahal tidak tahu alasan teknisnya. Perlu diwapadai, asal pakai atau caplok itu bahaya. Walau bebas limiter, tapi pengapian bisa kelewat maju. Piston bisa bolong, karena piston sedang naik, bunga api meletik lebih awal. Akhirnya piston beradu dengan ledakan. Bisa pecah.
Misalkan CDI Shogun 110 dipasang di Honda Karisma. Ketika putaran menengah ke atas, timing pengapian mencapai 53 sebelum TMA. Sangat advance atau kelewat awal. Piston bisa bolong. Padahal, pengapian Shogun 110 standar, timing terbesar 29 sebelum TMA. Dipakai di Karisma sangat jauh majunya. Untuk itu harus tahu cara kerja dan modifikasinya supaya Karisma bisa pakai CDI Shogun dan aman. Cara kerja CDI Shogun 110 masih analog. Sehingga sangat mudah seting timing pengapian secara mekanis. Mekanik awam juga bisa melakukan.
Derajat timing pengapian bisa diatur lewat panjang pick up pulser. Tonjolan pick up pulser bisa dilihat di mangkuk magnet. Di Shogun panjangnya hanya 14 mm. Kalau Karisma 38 mm. Ketika langsam sampai dengan putaran mesin mencapai 2.500 rpm, timing pengapian hanya 15 sebelum TMA. Angka 15 didapat dari jarak ujung tonjolan belakang pick up sampai posisi pulser 15 mm atau 15.
Pada putaran mesin lebih dari 2.500 rpm, timing pengapian akan bertambah. Yaitu 15° ditambah panjang pick up atau tonjoan Shogun yang 14 mm. Berarti timing jadi 15 + 14 = 29 derajat. Bayangkan kalau dipasang di Karisma yang punya tonjolan pick up 38 mm. Jadinya timing pengapian 15° + 38° = 53° sebelum TMA. Sangat maju sekali dan harus dimodifikasi. Modifikasi tergantung kemauan dari mekanik. Misalkan timing pengapian masih tetap seperti Shogun 110. Maka panjang tonjolan pick up di magnet Karisma harus dipotong,.
Bagian mana pick up yang dipotong? Agar tidak salah kaprah perhatikan arah putaran mesin. Nah, tonjolan yang dipotong atau diratakan bagian depan. Kalau dilihat bagian sebelah kiri. Untuk meratakan tonjolan pick up, bisa menggunakan gerinda. Panjang pemotongan bisa dihitung. Panjang pick up Karisma dikurangi panjang pick up Shogun 110. Jadinya panjang yang dipotong 38-14 mm = 24 mm. 
Pick up yang di potong bagian depan (kiri). Panjang pick up pulser. Dimodif sesuai derajat di mau. Tapi hanya untuk CDI Analog (kanan) Dengan begitu, timing pangapian akan menjadi 15 + 14 = 29 derajat. Tapi, bagaimana jika pengapian kepingin lebih maju lagi. Seperti CDI racing misalnya jadi 32 mm. 
Sangat gampang sekali. Tinggal dikalkulasi dengan cara sederhana. Timing awal atau langsam 15°, agar jadi 32 tinggal ditambah dari panjang pick up. Jadinya panjang pick up harus dibuat menjadi 17 mm.
Jangan Terbalik
Sebenarnya sayang kalau motor yang baru kembali lagi menggunakan CDI Shogun. Itu bisa dibilang sama seperti kembali lagi ke zaman dulu. Untuk menghilangkan limiter, caranya bisa menggunakan CDI yang unlimiter atau racing. Karena sekarang sudah dijual murah. Bahkan lebih murah dari CDI Shogun standar.
Misalkan CDI Varro yang promosinya unlimiter. Walau kurva pengapian sama dengan standar namun tetap lebih maju dibanding CDI Shogun yang perubahan timingnya hanya sedikit. Yang dimaksud sedikit timingnya hanya 15 di rpm bawah dan 29 lewat dari langsam. Kurvanya akan begitu sampai rpm tinggi. Ini tidak menguntungkan, padahal di motor sekarang bisa berubah setiap 3.000 rpm
Selain itu, juga bisa merusak magnet. Sebab pick up atau tonjolan di magnet harus digerus. Kalau dikembalikkan lagi ke versi standar jadi lebih susah. Tetap CDI racing lebih fleksibel karena bisa diprogram.
Kurva Sederhana
Pada CDI analog, memang susah dibikin beberapa step pengapian. Timingnya hanya terbatas untuk langsam dan putaran tinggi. Seperti CDI Shogun 110. Pada saat langsam, timing pengapian 15 sebelum TMA. Pada putaran menengah dan rpm tinggi stag di 29. Akan turun di rpm lebih dari 11.000. Tidak seperti CDI digital yang banyak dipakai di motor sekarang. Timing pengapian bisa dibuat beberapa step. Bisa diprogram setiap 500 atau bahan 100 rpm bisa dibuat berubah.
Makanya CDI analog ditinggalkan oleh pabrikan motor sekarang. Ciri CDI analog ini pada ukuran pick up pulser, sangat pendek. Seperti Suzuki Shogun 110 punya panjang pick up hanya 14 mm. Berbeda dengan motor yang mengnut CDI sudah digital. Seperti Karisma panjang pick up 38 mm. Yamaha Jupiter-Z atau Mio 57,5 mm. Ini yang membuat bisa diprogram dalam banyak step.

Fungsi Pompa Oli

Fungsi Pompa Oli

Pompa oli adalah komponen mesin yang berfungsi untuk menghisap oli dan menekan oli kebagian-bagian mesin yang bergerak, pompa oli ada yang digerakkan langsung oleh crankshaft dan ada jga yang digerakkan oleh sumbu nok (camshaft). Untuk menyaring oli dari kotoran agar tidak ikut bersirkulasi maka pada bagian inlet pompa oli dipasang saringan oli. 
Berikut macam-macam pompa oli:

1. Pompa model roda gigi
Pompa oli model roda gigi adalah pompa yang terdiri dari dua buah gigi yang berputar untuk memompa oli dua buah roda gigi tersebut ada roda gigi penggerak (driven gear) dan ada roda gigi yang digerakkan (driven Gear). Ada dua tipe pompa oli model roda gigi yaitu:
a. Tipe internal Gear
Roda gigi yang digerakkan (driven gear) digerakkan oleh roda gigi penggerak yang dihubungkan langsung ke camshaft, ruang volume dibentuk oleh dua gigi yang berubah-ubah saat berputar. Tipe ini memiliki konstruksi yang sederhana dan kemampuannya dapat diandalkan.

b. Tipe external gear
Sama halnya seperti model internal ada drive gear & driven gear untuk memompa oli seperti terlihat pada gambar disamping. Aliran oli juga terlihat seperti gambar. Tipe ini sudah lama digunakan karena konstruksinya lebih sederhana dan lebih akurat.

2. Pompa Model Trochoid
Pada pompa model trochoid dilengakapi 2 rotor (penggerak & yang digerakkan), bila rotor penggerak berputar seperti pada gambar rotor yang digerakkan ikut sama-sama berputar dalam pump body.


Poros rotor penggerak berputar tidak satu titik (offset) dengan rotor yang digerakkan oleh karena itu ruangan terbentuk dari dua rotor saat berputar. Saat ruangan membesar oli terhisap kedalam dan akan dipompa keluar saat ruangan mengecil.
Pmpa model trochoid memiliki bentuk yang lebih sederhana dari pada model roda gigi, dan volume oli yang dipompa lebih besar juga sehingga bentuk pompa oli dapat diperkecil dan lebih dapat diandalkan.

Senin, 19 November 2012

Pilih Per Klep Racing Untuk Mesin Matic

Pilih Per Klep Racing Untuk Mesin Matic

   (ki-ka). Sonic, Mio dan Shogun 125
Per klep
salah satu peranti vital dalam membuat engine berkitir sempurna. Tanpa didukung per mumpuni, porting terbaik pun bisa jadi percuma. Klep bisa floating alias ngambang ketika bekerja naik-turun di putaran tinggi.  Tapi, ada beberapa faktor sebelum memilih per mana yang bisa diandalkan. Terutama, bagi mesin matik.

Mesin matik buat balap, jarang bermain di angka 12.000 rpm lebih. “Selama ini, paling banyak bermain di 10.000–11.000 rpm. Jadi, tidak butuh per yang terlalu keras seperti per klep Jepang,” ungkap Chandra Sopandi, ahli sitting klep dari Master Tjendana di Jl. Pagarsih No. 146, Bandung, Jawa Barat.

Matik, dengan kitiran rpm yang tidak lebih dari 13.000, menurut Chandra masih bisa mengandalkan per klep yang berasal dari motor harian. Yap! Motor yang umum dipakai bikers tanah air.

Sebab jika per klep terlalu keras, bisa berakibat enggak bagus bagi pacuan. Paling utama, bikin power drop di rpm tinggi. Sebab, kitiran mesin serasa tertahan. Apalagi kalau per terlalu keras menekan.

Efek lainnya, bisa menyebabkan bumbungan noken as jadi cepat aus karena friksi berlebih dengan pelatuk kem. Itu kalau dipakai satu race. Tapi kalau dipakai dua race, tentu menyebabkan seting tidak sempurna. Hitungan durasi sudah berbeda. So, itu artinya, faktor pertama pemilihan per klep ditentukan dari tinggi rpm yang dihasilkan engine.

    Bisa didobel pakai per kecil di dalam
Faktor berikutnya dalam pemilihan per klep, juga ditentukan dari tinggi lift klep itu sendiri. “Kalau tinggi lift klep masih bermain di bawah 9 mm, pakai klep Sonic saja. Itu sudah cukup,” jelas Hasyim Sonedi, mekanik tim balap AHRS yang bermarkas di Depok, Jawa Barat.

Selain pakai Sonic, bisa juga andalkan per klep milik Suzuki Shogun 125. Bahkan, pemakaian per juga bisa di dobel alias pakai per kecil lagi di bagian dalam. “Tapi, perlu penyesuaian lagi,” tambah Chandra yang sedang riset per untuk lift tinggi tapi tidak terlalu keras seperti per klep Jepang.

Penyesuaian, terutama di bagian per kecil. Jika tidak, bisa mentok ketika per sedang menekan full. Klep masih mau membuka, tapi ulir per sudah rapat.

Pegas klep motor harian lain yang bisa dipakai, yaitu Yamaha Mio didobel dengan per Honda Grand atau Karisma. Tapi, per dalam juga kudu dipotong buat cegah mentok. "Pemotongannya disesuaikan dengan per luar juga. Tapi, pastinya sedikit lebih pendek," tambah Chandra.

Tinggi batang klep juga bisa mempengaruhi pemilihan per. Tapi, jika tinggi batang masih dalam toleransi 1–2 mm, itu masih bisa diakali. “Banyak mekanik yang memberi ring seukuran per dan diletakan di bawah per itu,” beber Chandra yang akrab dipanggil Koh Tjen Sie.

Tebalnya ring per, bisa beragam. Menurutnya, tergantung dari pre-load (beban bebas per) yang dicari mekanik. Oh ya! Usainya per dipotong, bagian permukaan juga harus diratakan lagi seperti bentuk asal ya. Sebab jika tidak, posisi per klep bisa bergeser ketika berfungsi.

So, pakai per apa, Bro?

    Per klep Jepang, sanggup bermain di rpm tinggi
Per Klep Jepang


Berbeda kebutuhan dengan matik! Biasanya, pacuan bebek kerap diajak berkitir hingga putaran mesin sentuh 14.500 rpm. Kondisi ini, tentu butuh dukungan per klep lebih keras ketimbang standar. Jadi, klep tidak floating alias ngambang sesaat ketika naik-turun.

Kebutuhan ini, sekarang bisa ditopang per klep Jepang. Kemampuan per klep yang dijual seharga Rp 600 ribuan ini cukup alot buat diajak berkitir hingga limit engine bebek.

"Tapi pemakaiannya, sebaiknya didobel per kecil. Bisa juga pakai per klep kecil milik Kawasaki Kaze,” ungkap Waskito Ngubaini atau akrab disapa Merit.

Sebelum adanya per klep Jepang, banyak mekanik yang andalkan per milik Sonic. Tapi, daya tahannya tentu tidak sebagus per klep Jepang.

Klep New, Lebar 28 - 35 mm

Klep New, Lebar 28 - 35 mm

 


Diameter klep menentukan kapasitas silinder
Sehabis libur Lebaran 1432, banyak muncul klep lebar baru yang beredar di pasaran. Ukuran lebar payung klepnya sesuai dengan setingan yang sedang diminati mekanik sekarang.

Misal klep 28/23mm (klep in 28mm dan ex 23mm), 31/26, 34/30 dan 35/31mm. Lebih rinci soal peruntukannya, bisa lanjut baca tulisan di boks.

DIAMETER 28/23 MM
Katup dengan diameter payung klep 28/23mm memang paling diminati oleh tiga aliran mekanik. “Mekanik road race, drag bike dan balap liar,” jelas Jessy Liga Siswanto alias Coki, bos Kawahara Racing yang meluncurkan klep ini.

Diameter payung klep isap 28mm dan buang 23mm. Ini cocok untuk di road race kelas 110cc atau bahkan ada yang menggunakan untuk kelas 125cc. Tergantung dari diameter piston digunakan.

Kalau untuk drag bike dipakai untuk mesin dengan kapasitas 150cc. “Atau di balap liar untuk turun di kelas Mio dengan diameter piston 58,5mm,” tegas Coki dari Sawah Lama, Ciputat, Tangerang.

Dibuat dari bahan seperti orisinal bawaan pabrik motor. Namun dilakukan dengan proses finishing yang lebih baik. Sehingga secara tampilan jadi lebih kilap macam klep stainless steel itu.

Lalu diameter batang klep punya ukuran 5mm. Ukuran segitu dirasa sebagai ukuran yang paling optimal. Tidak takut putus dan masih dirasa ringan gesekan.

Paling penting lagi, batang klep cukup panjang. Sehingga bisa dilakukan pemotongan. Mengikuti hasil akhir pengerjaan pasang klep lebar di tukang bubut. Atau tergantung juga pada penggunaan pegas klep. Batang klep panjang jadi fleksibel. Ini sangat disukai mekanik. Seperti klep Honda Sonic yang panjang .

 SPS Racing. Ukuran 35/31 batang hanya 4,5mm(kiri). SPS Racing ukuran 34/20(kanan).
DIAMETER 31/26
Asalnya yang populer klep 31/25,5mm merek EE dengan batang 5mm. Banyak sekali yang menggunakan. Dari mekanik road race, drag bike sampai liaran.

Tidak mau kalah, pihak Kawahara kini juga meluncurkan dengan ukuran 31/26mm. Pas digunakan untuk mesin mulai 125cc sampai 200cc.

Pokoknya dirasa fleksibel karena mekanik bisa mengatur lebarnya. Bisa dibuat 29mm atau 30mm. Itu tergantung dari kapasitas silinder yang dianut.

UKURAN 34/30 DAN 35/31
Ukuran klep lebar bukan saja milik Kawahara. Ada merek SPS Racing Thailand yang baru nongol ketika puasa lalu. Ukuran 34/30mm batang 5mm digunakan untuk motor dengan kapasitas silinder 200-300cc.

Sedangkan yang cukup keren yaitu klep SPS Racing dengan diameter klep 35/31mm. “Punya batang yang cukup kecil hanya 4,5mm. Bobot jadi ringan dan rendah gesekan,” jelas Laksmi dari MC Racing di Jl. Kebon Jeruk IX, No. 20C, Kota, Jakarta Barat.

Klep merek SPS Racing ini baru ramai dibicarakan menjelang Lebaran 1432 H yang baru lalu. Tidak hanya klep yang diluncurkan, tapi juga produk lain.

Diameter Payung Klep
Dalam pemakaian klep secara garis besar mekanik menggunakan ukuran tertentu. Misalnya 28/23, 28/24, 29/24, 31/25,5, 34/30, 35/31mm. Sesuai dengan kapasitas silinder yang digunakan.

Paling penting lagi, juga sesuai dengan power yang diinginkan di rpm berapa. Karena diameter klep menentukan letak peak power.

Sabtu, 17 November 2012

PERBEDAAN MOTOR 4 TAK DAN 2 TAK

PERBEDAAN MOTOR 4 TAK DAN 2 TAK


Berikut ini adalah perbedaan motor 2 tak di lihat dari cara kerja mesin  yaitu
  1. Untuk mendapatkan 1 kali tenaga hasil dari pembakaran gas, motor 2 tak ini memerlukan 2 kali gerakan piston naik dan turun, dengan sekali putar poros engkol Dimana penjelasannya yaitu:
1)      TAK 1 : proses masuknya gas, pemampatan dan pembakaran gas (piston bergerak dari TMB menuju TMA) 2)      TAK 2 : proses kerja, kompresi karter, buang dan cuci/bilas (piston bergerak ke bawah, TMA menuju TMB) Ditinjau dari jenis bahan bakar yang dipakai dan konstruksi silinder
  1. Bahan bakarnya selalu di campur dengan oli, baik secara langsung ke dalam tangki  bensin ataupun dengan cara terpisah.
  2. tidak memiliki katup, sebagai gantinya adalah red valve untuk mengatur masuknya gas ke dalam ruangan cylinder.
  3. Setiap piston hanya mempumyai 2 buah ring yaitu ring compressi I dan ring compressi II.
  4. Setiap cylindernya memiliki 2 macam compressi yaitu compressi cylinder (primer) dan carter(sekunder)
Kelebihan dan kekurangan motor 2 tak
  1. a. Keuntungan
1)      Proses pembakaran terjadi setiap putaran poros engkol, sehingga putaran poros engkol lebih halus untuk itu putaran lebih rata. 2)      Tidak memerlukan katup, komponen lebih sedikit, perawatan lebih mudah dan relatif murah 3)      Momen puntir untuk putaran lanjutan poros lebih kecil sehingga menghasilkan gerakan yang halus 4)      Bila dibandingkan dengan mesin empat langkah dalam kapasitas yang sama, tenaga yang dihasilkan lebih besar
  1. b. Kerugian
1)      Langkah masuk dan buang lebih pendek, sehingga terjadi kerugian langkah tekanan kembali gas buang lebih tinggi 2)      Karena pada bagian silinder terdapat lubang-lubang, timbul gesekan antara ring piston dan lubang akibatnya ring piston akan lebih cepat aus. 3)      Karena lubang buang terdapat pada bagian silinder maka akan mudah timbul panas 4)      Putaran rendah sulit diperoleh 5)      Memakai oli pelumas tambahan untuk campuran bahan bakar 

Berikut ini adalah perbedaan motor 4 tak di lihat dari cara kerja mesin  yaitu
  1. Untuk mendapatkan 1 kali tenaga hasil dari pembakaran gas, diperlukan 4x gerakan piston naik dan turun dengan 2 kali putaran poros engkol. Penjelasannya yaitu:
1)      TAK 1 : Gerak isap (piston bergerak dari TMA menuju TMB) 
2)      TAK 2 : Gerak kompresi/pemampatan (piston bergerak dari TMB menuju TMA) 
3)      TAK 3 : Gerak tenaga (piston bergerak dari TMA menuju TMB) 
4)      TAK 4 : Gerak Buang Sisa Pembakaran (piston bergerak dari TMB menuju TMA) Ditinjau dari jenis    bahan bakar yang dipakai dan konstruksi silinder
  1. Bahan bakarnya bensin/pertamax murni (tidak dicampur)
  2. Setiap cylindernya memiliki 2 buah atau 4 buah katup
  3. Cylindernya hanya memiliki 1 macam compressi yaitu compressi cylinder
  4. Setiap piston memiliki 3 buah ring yaitu : ring compressi I, ring compressi II, rong oli. Ketiga ring ini sangat berguna untuk membantu pelumasan pada piston.
Kelebihan dan kekurangan Motor 4 Tak
  1. a. Keuntungan
1)      Karena proses pemasukan, kompresi, kerja, dan buang prosesnya berdiri sendiri-sendiri sehingga lebih presisi, efisien dan stabil, jarak putaran dari rendah ke tinggi lebih lebar (500- 10000 rpm). 2)      Kerugian langkah karena tekanan balik lebih kecil dibanding mesin dua langkah sehingga pemakaian bahan bakar lebih hemat. 3)      Putaran rendah lebih baik dan panas mesin lebih dapat didinginkan oleh sirkulasi oli 4)       Langkah pemasukan dan buang lebih panjang sehingga efisiensi pemasukan dan tekanan efektif rata-rata lebih baik 5)      Panas mesin lebih rendah dibanding mesin dua langka
  1. Kerugian
1)      Komponen dan mekanisme gerak katup lebih kompleks, sehingga perawatan lebih sulit 2)       Suara mekanis lebih gaduh 3)       Langkah kerja terjadi dengan 2 putaran poros engkol, sehingga keseimbangan putar tidak stabil, perlu jumlah silinder lebih dari satu dan sebagai peredam getaran.